Selasa, 22 Oktober 2013

Resmi, Jokowi Capres PDIP untuk Pilpres 2014: Mungkinkah?

Analisis Skenario Jokowi Capres PDIP untuk Pemilu 2014


Miris membayangkan Abu Rizal Bakrie memenangkan pilpres 2014, lalu memimpin Indonesia ini. Atau sukar membayangkan lingkaran dekat SBY kembali memegang tampuk kepemimpinan negeri ini, di mana 10 tahun terakhir praktis rakyat sulit merasakan faedahnya. Namun, itulah yang mungkin terjadi apabila tidak ada tokoh yang bisa menyatukan rakyat membulatkan satu suara memilih satu tokoh lain yang memiliki komitmen besar terhadap bangsa ini. Jatuh-jatuhnya kita akan terperosok ke lubang yang sama dengan badut yang itu lagi itu lagi.
Tidak ada satu partai pun 100% bersih dari korupsi dan gincu politik di negeri ini, namun tetap ada kadarnya. Ada partai bilang anti korupsi ternyata sarang korupsi, ada partai bilang pendekar jubah putih dan suci ternyata sarang penyamun. Sejauh ini, kalau mau jujur satu-satunya partai politik yang mampu menjaga komitmen terhadap garis ideologi dan karakter oposan murni adalah PDI-P. Ada kewibawaan tersendiri yang tersirat dari karakter kuat partai pimpinan Megawati Soekarnoputri ini, suka bilang suka, tidak suka bilang tidak suka. Sebuah partai jauh dari kekuasaan namun mampu bertahan dengan meminimalisir gincu politik.
Sayangnya, PDI-P kali ini mengalami dilema antara memajukan Megawati atau Jokowi, mengingat Jokowi memiliki tingkat keterpilihan yang agaknya lebih tinggi dibanding Megawati. Skenario paling memungkinkan buat PDI-P dan Megawati sebenarnya adalah memajukan Jokowi capres PDIP. Mengapa?

1. Memajukan Jokowi akan memberikan tingkat probabilitas yang jauh lebih besar untuk kemenangan dalam pemilihan presiden 2014. Selain itu, dengan mengajukan Jokowi, sebenarnya PDI-P juga berpeluang besar untuk meraih simpati publik dalam pemilihan legislatif. Ongkos politik akan bisa diminimalisir, panji Jokowi bisa memenangkan PDI-P sendirian, tanpa koalisi tanpa biaya banyak.
2. Seiring dengan resminya Jokowi capres pdip, ini bisa menjadikan preseden yang amat positif bagi regenerasi kepemimpinan PDI-P. Seharusnya ini bisa menjadi peluang juga untuk memasangkan Jokowi dengan trah Sukarno lainnya, seperti Puan Maharani. Dengan demikian, Megawati tidak harus merasa bahwa garis keturunan Sukarno dalam penjaga ideologi sukarnoisme PDI-P menjadi hilang. Karena toh secara de facto, Megawati dan Puan malah menjadi makin signifikan perannya.
3. Yang paling penting adalah menyelamatkan 2014-2019 dari kepemimpinan badut-badut politik rakus. Sangat dimengerti bahwa Jokowi memiliki komitmen dengan ibukota Jakarta, namun kali ini konteksnya berbeda. Ini adalah konteks nasib satu negara yang tidak punya waktu banyak untuk segera diselamatkan dari badut rakus yang siap melahap apa saja. Maaf saja, rakyat sudah terlanjur pada kredibilitas Jokowi yang penulis yakin bersih dan tulus melayani rakyat. Dengan mengajukan Jokowi capres pdip, PDI-P dan ibu Megawati telah turut memberikan harapan baru pada bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar